beritabernas.com – Dr Raden Stevanus Christian Handoko S.Kom MM, Anggota DPRD DIY, menilai daerah seperti Yogyakarta harus proaktif dalam menghadapi dampak dari kebijakan global. Ketidakpastian perdagangan global akibat kebijakan proteksionis seperti yang diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump harus menjadi perhatian serius di berbagai level pemerintahan, termasuk daerah.
Menurut Dr Raden Stevanus Christian Handoko S.Kom MM, data dari Badan Pusat Statistik DIY menunjukkan bahwa Amerika Serikat merupakan negara tujuan ekspor terbesar DIY. Pada Januari 2025, nilai ekspor DIY ke AS mencapai US$17,43 juta, menyumbang 40,2% dari total ekspor DIY pada bulan tersebut.
“Artinya, kita tidak bisa lagi memandang pelaku usaha lokal sebagai sektor pendukung, melainkan sebagai ujung tombak ekonomi daerah. Pemerintah DIY harus hadir dengan kebijakan konkret untuk memperkuat rantai pasok lokal, memperluas akses ekspor dan memproteksi pelaku usaha kita dari dampak fluktuasi global. Jika Yogyakarta ingin tetap relevan dalam ekonomi internasional, maka kebijakan yang tepat harus diarahkan ke pelaku lokal,” kata Dr Raden Stevanus.
BACA JUGA:
- Dr Raden Stevanus: Perlu Landasan Hukum yang Jelas Sebelum Melakukan Transformasi Digital
- Dr Raden Stevanus: Kolaborasi IndigoHub Menghubungkan Tradisi dan Teknologi dalam Pelestarian Budaya
Menurut Dr Raden Stevanus, tarif resiprokal sebesar 32 persen yang diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump terhadap Indonesia juga akan meningkatkan kecenderungan negara-negara besar untuk memberlakukan tarif resiprokal dan proteksi terhadap produk asing. Hal ini seharusnya akan mendorong Indonesia untuk semakin memperkuat industri domestik. Bagi Dr Raden Stevanus, hal ini justru menjadi peluang bagi DIY untuk menonjolkan potensi lokal. “Yogyakarta memiliki kekuatan besar pada sektor UMKM dan industri kreatif. Kita bisa menjadikan proteksionisme global sebagai momentum untuk mendorong kemandirian ekonomi lokal,” ujarnya.
Di era serba digital, Dr.Raden Stevanus menyoroti bahwa pelaku ekonomi lokal perlu dipacu untuk menyesuaikan diri dengan pasar global melalui teknologi. “Dengan digitalisasi dan e-commerce, UMKM kita bisa menembus batasan tarif dan hambatan fisik. Produk batik, kerajinan, bahkan makanan khas DIY bisa langsung sampai ke konsumen global,” katanya.
Ia juga mendorong adanya pelatihan digital marketing diperkuat, pemanfaatan platform global, serta kerja sama dengan startup lokal untuk menciptakan ekosistem perdagangan digital yang sehat di DIY.

Dr Raden Stevanus mengangkat pentingnya peran DIY sebagai aktor dalam diplomasi ekonomi sub-nasional. Menurutnya, daerah tidak boleh hanya bergantung pada kebijakan pusat, tetapi juga harus menjalin kerja sama internasional secara langsung.
“Kita bisa memperkuat kerjasama dan membuka jalur kerja sama baru dengan provinsi atau kota di negara lain, dalam bentuk sister city atau trade mission. DIY punya kekuatan budaya, sejarah, dan pendidikan yang bisa menjadi daya tarik ekonomi,” kata Dr Raden Stevanus.
Ia berharap Pemerintah Daerah DIY bersama DPRD dan pelaku usaha lokal dapat membentuk sinergi strategis untuk menghadapi tantangan global secara adaptif dan inovatif. “Kita tidak bisa menunggu. Dunia berubah cepat. Justru dari Yogyakarta, kita bisa tunjukkan bahwa daerah punya kekuatan untuk bertahan dan bahkan berkembang di tengah arus global yang tidak menentu,” kata politisi muda DIY dari PSI ini. (lip)