Generasi Muda Harus Mengenal Pahlawan, Sejarah dan Pemimpin Bangsa

beritabernas.com –Para siswa dan generasi muda pada umumnya harus tahu tentang sejarah para pahlawan yang berjasa atas berdirinya negara dan Tanah Air yang sekarang dipijak. Sebab, sebuah negara akan dengan mudah dikalahkan jika generasi muda tidak mengetahui sejarah bangsanya.

Selain itu, sebuah bangsa akan terhapus jika budayanya tidak dipelihara dan dirawat oleh generasi penerusnya. Karena negara dan Tanah Air yang kita pijak tidak begitu saja didapatkan.

Hal itu disampaikan AM Putut Prabantoro, Taprof Bidang Ideologi Lemhannas RI dalam nasional bersama 400 siswa sekolah di Gedung Balai Pemuda, Surabaya, Kamis 31 Agustus 2023). Dialog nasional tentang bela negara ini untuk menandai pelantikan Bakorda Wilayah Forum Kader Bela Negara (FKBN) se-Provinsi Jawa Timur.

Menurut AM Putut Prabantoro, Taman Makam Pahlawan (TMP) merupakan tempat terbaik dan terkomplit untuk belajar tentang bela negara bagi para siswa. Sebab, di taman itu generasi penerus akan belajar tentang ideologi, mengenal pahlawan yang telah berjuang mempertahankan Tanah Air Indonesia, belajar tentang sejarah dan tentang pemimpin negara dan bangsa.

AM Putut Prabantoro foto bersama guru peserta dialog. Foto: Istimewa

“Karena itu, penting bagi negara dan pemerintah untuk menjadikan taman makam pahlawan sebagai kurikulum wajib untuk bela negara,” kata dialog nasional yang juga dihadiri Kasatwas Bakorpus FKBN Mayjen TNI (Purn) Adi Sudaryanto, Wakasatwas FKBN Pusat Brigjen TNI (Purn) Harie Guritno, perwakilan dari Kemenhan Kolonel Amiruddin Lopa selaku Kabid Lingkim Direktorat Bela Negara, Kepala FKBN Bakorpus Angga Rahardian dan Kepala FKBN Bakorwil Jawa Timur Gatot Kustyadji tersebut.

Dalam dialog itu, ratusan siswa siswi dari 15 sekolah menengah di Surabaya menyatakan diri untuk mencintai negara dan bangsa Indonesia. Mereka juga berkomitmen memersiapkan diri menjadi pemimpin pada tahun 2045 ketika Indonesia memasuki tahun emas kemerdekaan. Namun demikian, mereka juga meminta teladan para pemimpin nasional saat ini untuk menyiapkan mereka ke arah yang diinginkan negara dan bangsa.

Dalam materi berjudul Bela Negara dan Tantangan Masa Depan Indonesia, AM Putut Prabantoro mengurai bahwa bela negara adalah sikap perilaku dan tindakan nyata untuk menunjukan cinta negara dan Tanah Air. Bela negara adalah hak serta kewajiban seluruh warga negara Indonesia.

BACA JUGA:

Ia memberikan contoh sederhana namun paling konkrit tentang bela negara yakni saat siswa SMP dari NTT, Yohanes Andi Gala, yang naik ke puncak untuk perbaiki tali bendera saat upacara HUT Kemerdekaan RI tahun 2018.

“Bela negara membutuhkan komitmen dari para warga negaranya. Tidak perlu yang tinggi-tinggi atau yang hebat-hebat. Cukup dengan tindakan sederhana dengan menunjukan kecintaan terhadap bangsa dan negara. Menghormati simbol-simbol negara seperti bendera, Garuda Pancasila, bahasa Indonesia serta menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan baik, merupakan cara kalian menunjukan cinta kepada negara, Tanah Air dan bangsa. Semakin bertambahnya usia, kewajiban kalian untuk mencintai negara dan Tanah Air membutuhkan tanggung jawab yuang lebih besar,“ ujar Putut Prabantoro.

Para siswa yang hadir dalam dialog bela negara di Gedung Balai Pemuda itu, menurut Putut Prabantoro, merupakan calon pemimpin negara Indonesia pada tahun 2045. Karena itu mereka diminta untuk memersiapkan diri dengan sungguh-sungguh.

AM Putut Prabantoro (kanan) menerima piagam penghagaan. Foto: Istimewa

Menurut Putut, pada tahun 2045, Indonesia akan menghadapi krisis pemimpin masa depan, jika melihat perkembangan kehidupan remaja yang beredar di medsos-medsos. Ada berbagai kasus yang dihadapi remaja saat ini oleh Taprof Bidang Ideologi Lemhannas RI itu melalui tayangan visualnya. Remaja saat ini cenderung bersikap permisif terhadap perilaku rekan-rekan seusianya yang sebenarnya tidak sesuai dengan nilai-nilai ketimuran atau nilai luhur Pancasila. Selain itu, kegandrungan remaja sekarang akan budaya-budaya luar negeri akan mengancam lestarinya budaya Indonesia sendiri.

“Pendidikan bela negara jangan diasumsikan seseorang akan menjadi tentara atau polisi. Kesan ini harus dihapus dengan memberikan pendidikan bela negara yang benar. Pendidikan bela negara harus berujung pada cinta Tanah Air dan negara. Mengikuti upacara dengan khidmat adalah salah satu cara mencintai negara ini. Bendera Merah Putih, Bahasa Indonesia, lagu Indonesia Raya dan Lambang Negara adalah simbol kedaulatan negara Indonesia,” kata AM Putut Prabantoro. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *