Pemuda Katolik Mengutuk Keras Dugaan Penyiksaan Warga Sipil Papua

beritabernas.com – Pemuda Katolik melalui Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Stefanus Gusma mengutuk keras dugaan penyiksaan warga sipil Papua oleh oknum aparat seperti terlihat dalam sebuah video. Pemuda Katolik menilai, penyiksaan kejam terhadap warga asli Papua telah merusak naluri keadilan dan menginjak-injak perikemanusiaan yang adil dan beradab.

“Tindakan kekerasan tersebut mencerminkan rendahnya penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia. Karena itu, perlu ada pendekatan yang tepat untuk menyelesaikan persoalan ini. Dialog dan pendekatan humanis yang dibangun harus punya keberpihakan yang jelas terhadap kepentingan Tanah Papua,” kata Ketua Umum PP Pemuda Katolik Stefanus Gusma dalam siaran pers yang diterima beritabernas.com, Sabtu 23 Maret 2024.

Menurut Gusma, perlu pendekatan dan dialog damai yang bersifat setara dan inklusif. Penyelesaian tidak dengan pendekatan keamanan saja tetapi perlu mengedepankan pendekatan kemanusiaan. Ini adalah solusi bermartabat dalam menyelesaikan persoalan ini.

BACA JUGA:

Dikatakan, langkah kemanusiaan dengan mengedepankan dialog damai perlu dicoba untuk mengatasi kekerasan di Papua. Tanpa dialog, kekerasan antarkedua belah pihak, lingkaran kekerasan di Papua sulit diputus. Namun dialog dan pendekatan harus punya posisi keberpihakan terhadap kepentingan Tanah Papua yaitu keadilan, kesejahteraan, dan tidak boleh lagi ada kekerasan!

Dengan penyiksaan orang sipil di Papua menambah panjang daftar korban kekerasan yang timbul, baik dari warga sipil maupun aparat. “Harus disadari bahwa penggunaan kekerasan tak dapat dibenarkan. Perdamaian dan rasa aman di wilayah Papua harus menjadi  prioritas dan perhatian negara,” tegasnya. 

Karena itu, pihaknya akan segera menugaskan Gugus Tugas Papua Pengurus Pusat Pemuda Katolik untuk turut aktif mengadvokasi dan mengorganisir jejaring dalam rangka mengumpulkan bukti dan fakta lapangan. 

“Kami mendorong adanya upaya investigasi menyeluruh supaya keadilan korban dan keluarga korban terpenuhi. Selain itu,perlu proses hukum yang adil dan transparan kepada para terduga pelaku. Kami juga mendorong Gugus Tugas Papua untuk terlibat mengadvokasi dan mengorganisir jejaring untuk menyelesaikan masalah ini,” kata Gusma.

Gusma menilai Papua terus berada dalam bayang-bayang kekerasan, sebuah realitas yang belum juga terlepas meski adanya janji perdamaian dari pemerintah Indonesia. Baru-baru ini, sebuah video di media sosial memperlihatkan adanya dugaan penyiksaan oleh oknum aparat kepada warga sipil di kawasan Yahukimo, Papua Pegunungan. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *